Minggu, 14 Februari 2010

Sesepuh Forum Kajian Pancasila dan Ketatanegaraan Indonesia

PIDATO SAMBUTAN
Sesepuh Forum Kajian Pancasila dan Ketatanegaraan Indonesia

Bapak Budi Suroso
Dalam Sarasehan Kebangsaan
Menyongsong Tahun Baru 2010
Di Salatiga

Forum Kajian Pancasila dan Ketatanegaraan Indonesia

Sekretariat Jl. Cempaka Sari
No. 5 RT. 08 RW. VIII
Butuh Salatiga
Tlp. (0298) 313 243
Saudara-saudara sekalian !

Pada hari ini kita telah berada di depan pintu gerbang tahun 2010. Sebentar lagi kita Bangsa Indonesia telah memasuki umur yang ke - 65 tahun.

Sudah 65 tahun Bangsa Indonesia menjalani hidup dengan membawa seribu satu harapan, tetapi satu harapan pun belum pernah terujud.

Mengapa ? Sebab setelah kita berhasil merebut Kedaulatan atas Tanah Air kita dari tangan penjajahan orang-orang Bangsa Belanda dan penjajahan orang-orang Fasisme Jepang, dengan kelihaiannya Bangsa Sekutu menancapkan Penjajahan Politiknya di Indonesia yang dilakukan oleh orang-orang kolaborasinya Bangsa Indonesia sendiri, yaitu para elite politik Indonesia yang beraliran liberal kapitalisme.

Dengan tawaran uang dan kekuasaan mereka sampai hati mengorbankan Bangsa dan Tanah Air demi pengabdiannya bagi Penjajahan Politik Sekutu.

Saudara-saudara sekalian !

65 tahun Bangsa Indonesia hidup dibawah telapak kaki Penjajahan Politik Modernnya kaum Sekutu sebagai Pemenang Perang Dunia Kedua sampai saat ini.

Bukan hanya di Indonesia tetapi seluruh Bangsa di muka bumi ini telah tunduk kepada kaum Sekutu dengan Sistem Penjajahan Globalnya.

Tetapi saudara-saudara sekalian !

Sabda alam telah menentukan bahwa tahun 2010 ini adalah Tahun Penentuan bahwa Sistem Kemurkaan Liberal Kapitalis Dunia telah mencapai tahap ketuaan dan keloyoannya.

Sistem Kapitalisme Liberal sudah harus tumbang dari Persada Bumi Dunia ini dengan segala budaya dan moralitas kemurkaannya.

Dan tumbangnya kemurkaan ini sebagai penghantar munculnya Sistem Baru yaitu suatu Sistem Penataan dan Penyelenggaraan Negara yang mengarah kepada terujudnya Amanat Penderitaan Rakyat di berbagai Negara di muka bumi ini.

Saudara-saudara sekalian !

Marilah kita memasuki kondisi nasional negeri kita sendiri, suatu kondisi kehidupan Bangsa Indonesia produk dari budaya Sistem Kapitalis Liberal yang bercokol di Persada Nusantara selama 65 tahun yang menyebabkan hancurnya sendi-sendi kehidupan Bangsa Indonesia.

Dengan Sistem Politik Kepartaian Liberal di dalam menjalankan perebutan kekuasaan oleh elite-elite politik, berakibat hancurnya persatuan nasional yang sudah terbangun ratusan tahun di dalam kancah perjuangan kemerdekaan.

Dan berakibat pula terjungkir baliknya Sistem Penataan dan Penyelenggaraan Negara.

Dan tidak adanya harmonisasi hubungan antar kelembagaan fungsional, justru terjadinya saling berebut dominasi antar kelembagaan.

Sistem Perpolitikan dan Sistem Perekonomian Nasional kita, yang mengarah terujudnya Amanat Penderitaan Rakyat berbalik arah menjadi Perpolitikan Liberal dan Perekonomian Kapitalis Liberalisme.

Suatu Sistem Politik dan Ekonomi yang membebaskan kaum politisi liberal dan kaum kapitalis domestik maupun mancanegara untuk menduduki Singgasana Kekuasaan Negara.

Sistem ini berakibat pula tertanamnya budaya dan moralitas Kapitalis Liberal di dalam benak Para Penyelenggara Negara yang menuntun untuk memberatkan kepentingan pribadi di dalam menggaruk kekayaan Negara, sebaliknya justru mengabaikan tugas dan kewajibannya sebagai Misionernya Rakyat yaitu Misi Nasionalnya.

Saudara-saudara sekalian !

Kondisi Nasional kita sekarang ini menunjukkan bahwa Sistem Liberalisme dan Kapitalisme yang mendominasi Penataan dan Penyelenggaraan Negara Indonesia ini telah menginjak ketuaannya.

Maka oleh sebab itulah kita Bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri di dalam menyusun suatu Sistem Penataan dan Penyelenggaraan Negara yang berasas dan bertujuan terujudnya Amanat Penderitaan Rakyat yaitu :

o Terujudnya suatu tatanan masyarakat Bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, adil dan makmur bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
o Mencari Para Pemimpin yang bermoralitas kebangsaan dan bersih dari segala budaya Kapital liberalisme, sebagai sosok penyelenggara Negara yang mengerti dan memahami jasa-jasa para pahlawannya.

Yang mengerti dan memahami Ketatanegaraan dan Konstitusi Nasionalnya sebagai Turutan bagi para penyelenggara Negara di dalam mengujudkan cita-cita bangsanya yang telah tertuang sebagai Pahamnya Bangsa Indonesia yaitu Nasionalismenya Bangsa Indonesia

.

o Mengujudkan suatu tatanan kehidupan bangsa yang bersih dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain maupun oleh bangsa sendiri, dengan segala bentuk budaya dan moralitas Kapitalis Liberalismenya.



Saudara-saudara sekalian !

Saat ini kita melihat sendiri, suatu kondisi kehidupan bangsa di mana para penyelenggara Negara menunjukkan ketidak mampuannya di dalam Tugas dan Kewajiban Nasionalnya. Dan di depan mata kita mereka bermain sandiwara, suatu skenario pengelabuhan rakyat di dalam menutupi kolepsitasnya sebagai kekuasaan yang bangkrut di dalam menanggung krisis nasional yang berkepanjangan.

Di dalam kondisi kekuasaan semacam ini, tumbuhlah kesadaran rakyat.

Menyadari kembali bahwa Negeri Indonesia adalah Negerinya.

Menyadari sepenuh-penuhnya bahwa Kedaulatan atas Negeri ini adalah di tangan Rakyat yang selama ini digunakan sebagai ajang di dalam perebutan kekuasaan dan kekuasaan itu sebagai kekuasaan ancaman dan penindasan bagi rakyat yang kemudian terjadilah kontradiksi antar Rakyat dengan Kekuasaan.

Menyadari kondisi tatanan masyarakat semacam inilah kemudian bangkitlah Semangat Nasionalnya.

Dengan Kebangkitan Nasional ini terbentuklah kesatuan jiwa, kesatuan pikiran, suatu kesatuan kemarahan rakyat ditumpahkan bersama di dalam bentuk Demonstrasi Rakyat.

Nah ! Menghadapi kondisi semacam ini tidak boleh dihadapi dengan hati panas tetapi harus dengan otak bersih.

Maka dengan inilah perlunya segera dibentuk kembali Manunggalnya Rakyat dengan Tentara Nasional Indonesia untuk menyelamatkan Bangsa dan Negara dari kehancurannya.

Nah saudara-saudara sekalian !

Kita ini punya Tentara dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajuritnya yang berkewajiban untuk menjaga Keutuhan dan Keselamatan Negara beserta segala Perabot Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia di dalam Institusi Negara di bidang Pertahanan dan Keamanan Negara.

Di dalam Kondisi Nasional di mana Rakyat dan Kekuasaan sudah tidak ada jalinan jiwa pemersatu Bangsa, yang ada justru sebaliknya yaitu terjadinya kontradiksi Rakyat dengan Kekuasaan.

Di mana-mana di seluruh Tanah Air ini terjadi suatu pergerakan perlawanan Rakyat menghadapi arogansi kekuasaan di dalam sikap dan perilaku kesewenang-wenangan terhadap Rakyat Bangsanya sendiri sebagai pemilik Kedaulatan Negerinya.

Dan pergerakan perlawanan rakyat ini sudah berkembang kepada kebrutalan dan anarkis yang berakibat makin parahnya kontradiksi sosial di negeri kita ini, itu yang pertama.

Yang kedua, terjadinya kontradiksi antar Kelembagaan Penegak Hukum yang semestinya sebagai Aparat Negara yang bertanggung jawab terciptanya masyarakat yang tenteram.

Suatu Aparat Kamtibmas yang harus menciptakan kehidupan masyarakat yang aman justru sebaliknya Kelembagaan Negara Penegak Hukum ini digunakan sebagai ajang kontradiksi para Penyelenggara Penegak Hukum di dalam kompetisi kelihaiannya di dalam permainan saling tuding, saling menyalahkan di dalam usaha menyelamatkan dirinya masing-masing di dalam perbuatan kotornya berebut uang Negara untuk kepentingan pribadinya.

Yang ketiga, demikian juga Lembaga Negara yang dinyatakan sebagai Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pejabat-pejabat tinggi yang terhormat, mereka bukan melaksanakan misionernya untuk kepentingan rakyat justru sebaliknya mereka juga menggunakan Institusi Negara ini sebagai alat lembaga bisnis ligeslasinya memperdagangkan undang-undang di dalam tujuan mencari uang untuk kepentingannya sendiri.

Dan menggunakan institusi Dewan Perwakilan Rakyat ini sebagai alat politik kepartaiannya di dalam berebut dominasi politik kepartaiannya, di dalam berebut kekuasaan Negara.

Yang keempat, terlebih lagi munculnya keunikan nasional, suatu fenomena konstitusional di mana Kelembagaan Pertahanan dan Keamanan Nasional yang seharusnya dilakukan oleh Tentara Nasional secara fungsional dan profesional jatuh di tangan Polisi Negara.

Dan dibalik semua keunikan itu muncul keunikan baru di mana suatu Negara ditantang perang oleh Negara lain, pulau-pulau nusantara yang harusnya diselamatkan dan dipertahankan diambili orang.

Tentara Nasional Indonesia yang harus berkewajiban menghadapi dengan tank dan metraliurnya, dengan pesawat tempur dan torpedonya, dengan ketangguhan sapta marganya justru tentara dikurungi sebagai jago Bangkok yang diikat dua kakinya dan diberi jatah makan satu pincuk nasi kucing didalam suasana pesta poranya para pejabat-pejabat tinggi Negara.

Yang kelima, dan berikutnya para pengamat politik, kaum ilmuwan, para pemuka-pemuka Lembaga Swadaya Masyarakat yang semestinya harus menyumbangkan Pemikiran Nasionalnya, menyumbangkan ilmu dan pengetahuannya sebagai Ilmuwan Nasional untuk mendinginkan suasana Kontradiksi Nasional, tetapi justru sebaliknya mengarah kepada keberpihakannya kepada suatu kubu yang sedang berebut kebenaran bagi kelompoknya.

Kondisi Nasional semacam ini telah menunjukkan kepada Bangsa Rakyat Indonesia di seluruh Tanah Air ini bahwa Pemerintahan Negara sudah bangkrut.

Kebangkrutan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebangkrutan Pemerintahan Negara ini menumbuhkan Keprihatinan Nasional, keprihatinan suatu bangsa yang sedang dilanda malapetaka dan kesengsaraan dan krisis nasional yang berkepanjangan.

Selanjutnya pihak-pihak yang berambisi dan haus kekuasaan dan orang-orang kolaborator di dalam perselingkuhan politiknya dengan orang-orang bangsa lain tidak mungkin tidak mereka akan bermunculan menggunakan Kondisi Nasional kita ini untuk saling berebut kekuasaan.

Belum lagi kalau kemarahan rakyat sudah memuncak yang suatu saat akan menjadi bombardir sebagai gempa sosial.

Nah ! saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air.

Saya tidak mampu untuk menjelaskan berikutnya. Sebab kini bulu kuduk saya merinding. Gambarkanlah sendiri apa yang akan terjadi di negeri kita ini !

Tetapi kini saya masih berdiri di depanmu dan belum akan beranjak dari tempat ini kalau belum menyumbangkan, walaupun hanya semenir gabah, sepotong rambut, memberikan solusi kepada bangsaku di dalam menghadapi kondisi kemelutnya bangsa yang berkepanjangan.



Saudara-saudara sekalian !

Saudara-saudaraku satu darah dan satu daging yaitu Darah Indonesia dan Daging Indonesia.

Dan khususnya kepada kamu anak-anakku, Prajurit-prajurit Sapta Margais.

Camkanlah !

Tanamkanlah ! Di dalam benak jiwamu beberapa patah kata dari orang tua, yang akan saya sampaikan kepadamu, sebagai penutup kata sambutan saya di dalam sarasehan menyongsong kehadiran tahun 2010 ini.

* Masih adakah di antara kita anak bangsa yang masih segar bugar Nasionalismenya ?

Jawabannya masih berpuluh-puluh juta.

* Masih adakah orang-orang bangsamu yang sanggup berjuang untuk menyelamatkan Bangsa dan Tanah Airnya ?

Masih laksaan, masih berjuta-juta, masih berpuluh-puluh juta.

Para Pejuang Indonesia yang siap berkalang tanah, bercermin bangkai demi Keutuhan dan Keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

* Masih adakah patriotisme kesapta margaan dikalangan tentaramu ?

Jawabannya seratus persen masih utuh !



Kepada mereka ini saya sebagai orang tua kepada anak-anaknya, anak bangsa di seluruh Persada Bumi Indonesia ini,

Segera persatukan jiwa dan ragamu !

Persatukanlah kembali Persatuan Nasionalmu !

Ujudkanlah Manunggalnya Tentara dengan Rakyat !

Ikatkanlah Bendera Merah Putih di kepalamu !

Dan Pekikkanlah puluhan kali, ratusan kali, ribuan kali pekik merdeka, merdeka ! merdeka !

Sekali merdeka tetap merdeka !

Merdekakanlah bangsamu, bebaskan bangsamu dari berbagai belenggu penjajahan dan penindasan.

Dan ajaklah, bersamalah dengan segenap bangsa di muka bumi ini untuk melenyapkan keangkara murkaan dunia dengan segala budaya dan moralitas kemurkaannya.

Dan setelah itu Bangunlah Dunia Baru yang betul-betul baru. Yaitu suatu Bangunan Internasional yang didalamnya terujud kehidupan bangsa-bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat atas tanah airnya, atas perpolitikannya sendiri, atas ekonominya sendiri, atas budayanya sendiri yang bersih dari campur tangan orang bangsa lain.

Selamat berjuang hai anak-anakku !

Merdeka ! Dan Merdekakan kehidupan Bangsamu.