Rabu, 23 Januari 2013

SAYEMBARA NUSANTARA

Diakui of tidak Indonesia sudah keropos. Keropos itu adalah yaitu kuasa, egois, rekayasa, otoriter, politik, serakah. Artinya Indonesia sekarang ini dikuasai orang-orang egois. kekuasaan egoisme otoriter telah merekayasa sistem dengan politik sebagai manifestasi jiwa yang rakus, serakah dan tamak.
Negeri Indonesia menjadi ajang adu kekuasaan. Pola pikir mereka : bagaimana berkuasa dan mempertahankan kekuasaan, dengan menghalalkan segala cara. Kalau sudah kuasa aku adalah segala-galanya. Slogan : siapa kuat, kuasa, benar menjadi budaya kemapanan sebuah kekuasaan Hukum Rimba Indonesia.

Pemilu : percaya memilih lantaran uang, merupakan alat politik supaya berkuasa. sebab dengan : uang urusan apapun nanti gampang, demokrasinya adalah : dengan enteng mengobral janji, orasi, dan kampanye untuk meraih kursi. Mengapa kursi-kursi jabatan diperebutkan? Sebab kursi jabatan itu ada duitnya. Duit artinya : duduk cari untung itung-itungan. Sehingga segala sesuatu dihitung maupun diperhitungkan untung ruginya, inilah kekuasaan egois. Politiknya : pinternya otak licik penuh taktik dimana mengabdi pada kerakusan, keserakahan, dan ketamakan.

Kekuasaan egois melahirkan politik otoriter, yang menghalalkan segala cara untuk menguasai dan merekayasa sistem.
Sistem rekayasa inilah yang memegang peranan di dalam melanggengkan kekuasaan.

Dus......siapapun yang berkuasa, adalah saya. Yang dipakai tentunya orang-orang yang sudah berjasa mendudukkan saya disinggasana kekuasaan. Rakyat, selamanya hanya “mlongo”, jadi penonton.

Di dalam sistem demokrasi, rakyat diposisikan sebagai pencoblos, setelah itu selesai, selamat tinggal kedaulatan rakyat. terima kasih atas dukungan anda. bukankah kedaulatanmu sudah aku ganti rugi dengan uang, kaos, maupun bensin dan rokok.

Akal-akalan serta okol-okolan politik semacam ini sebenarnya sudah basi. Toh menjadi makanan empuk “wong pinter” melanglang buana dipanggung Sandiwara Nusantara. Lenggang kangkung tanpa hambatan apapun, sebab sudah disahkan oleh undang-undang, dijaga ketat Tentara dan Polisi.
Rakyat kembali “mlongo”. Dan bergelut dengan keluh kesah, kekurangan, kesusahan, maupun kesusahan. Ibu Pertiwi menangis bersedih hati, menyaksikan anak-anaknya menjadi jagoan-jagoan adu kuasa, adu digdaya, adu pinter, adu harta. Menjual Indonesia demi sesuap nasi. Menjual Indonesia demi jabatan.

Keroposnya Indonesia menjadi keprihatinan bangsa. Sudah saatnya rakyat bangkit, berdiri dan berlari, bukan duduk diam menanti datangnya Ratu Adil, Sang Mahatma, Mesias maupun Imam Mahdi.
Perubahan itu diawali dari keberanian sebagai pelopor pergerakan. Kita........Orang Indonesia butuh figur Pemimpin Pamomong, bukan pemimpin gadungan, apalagi penguasa.
Seorang Pemimpin Pamomong dilahirkan dari rahimnya perjuangan bangsa yang dikandung oleh Ibu Pertiwi. Hidup kumbuh di tengah-tengah penderitaan rakyat. Ia adalah rakyat, turut memikul dan memanggul Amanat Penderitaan Rakyat.
Dus.....Ia membawa suara dan hati nurani rakyat, sebab memang sudah menyatu dalam roh dan jiwanya rakyat.

Kriteria Pemimpin Pamomong.

Orang Indonesia yang berani, setia dan jujur.
Paham Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sehat jasmani dan rohani.
Mempunyai konsepsi pembangunan Indonesia berwawasan sosial kebangsaan.



Orang Indonesia : berani, setia dan jujur.
Berani artinya : bongkar egoisme, rekayasa, dan ambisi, dengar hati nurani.
Berani tidak, kita membongkar egoisme yang sudah mendarah daging (mbalung sumsum) jiwanya bangsa.
Membongkar rekayasa politik otoriter yang menguasai sistem, serta menghentikan ambisi-ambisi pribadi untuk berkuasa maupun mempertahankan kekuasaan. Dan berani mendengarkan hati nurani sebagai bangsa yang luhur. Berani meluruskan hati yang bengkok dan tidak jujur.

Siap tidak, miskin bersama rakyat, yaitu siap memikul dan memanggul beban-beban penderitaan maupun kekurangan orang yang diperjuangkan. Pemimpin itu bukan jabatan, bukan kedudukan, maupun kekuasaan melainkan sebuah pengabdian dan pelayanan. Yaitu menjadi Abdi Rakyat. Berani apa tidak menjadi baturnya rakyat? Jangan harap seorang Pemimpin Pamomong mendapat gaji besar, mobil mewah, rumah gedong megah, maupun fasilitas yang menggiurkan. Apalagi merangkap sebagai seorang pengusaha.

Sistem Feokaliber (Feodalisme, Kapitalisme dan Liberalisme) harus dirombak total menjadi Sistem Sosial Kebangsaan. Presiden sampai Lurah itu bukan jabatan kehormatan untuk diperebutkan, melainkan Amanat Luhur yang sudah dipercayakan sebagai beban-beban tugas dan tanggung jawab menjadi Abdi Rakyat.
Camkan ini!
Oleh sebab itu, Sistem Kepemimpinan Sosial yang mesti diterapkan dalam memperjuangkan rakyat. Inilah Roh Jiwa Sosial Kebangsaan.

Sosial itu : Semua orang saling peduli satu sama lain. Hati yang peduli sebagai bukti kepemimpinan kita.  Peduli : Peka dengan urusan lingkungan, dari lingkungan keluarga, hidup bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Orang yang peka itu selalu perhatian dan memperhatikan derita serta kesusahan lingkungan dimana ia berada.

Dus......jangan sampai rakyatku ada yang menjadi pengemis, gelandangan, anak jalanan, orang gila keluyuran dijalan, pelacur, orang kelaparan, sakit penyakit yang dibiarkan oleh sebab tidak punya uang, dan masih banyak tugas tanggung jawab derita, kesusahan serta kekurangan yang perlu diperhatikan.

Itulah gambar kepribadian Indonesia yang semestinya. Indonesia yang berkarakter dan berkepribadian yaitu Karakter Sosial Kebangsaan. Apalah artinya kita mengenakan jas mahal, berdasi, dengan mobil mewah, makan enak di restoran yang mewah, dikawal ketat dan disambut dengan upacara-upacara kebesaran jika diluar sana wajah Indonesia menangis, nan jauh diujung sana bangsaku masih bodoh, miskin, dibungkus dengan belenggu-belenggu ketertinggalan. Apakah rasa malu itu telah mati?

Setia artinya selalu taat ikrar dan amanat.

Yaitu orang yang menjunjung tinggi amanat yang telah dipercayakan, apalagi jika sudah berani berikrar dan mengangkat sumpah. Oleh sebab itu seorang Pemimpin Pamomong itu hendaknya punya komitmen untuk menjaga dan menegakkan prinsip-prinsip kebangsaan. Amanat yang dipegang teguh meliputi:
Amanat Sang Pencipta.
Amanat Ibu Pertiwi.
Amanat Penderitaan Rakyat.
Banyak orang menganggap ikrar dan amanat sebagai omong kosong. Dan lebih suka memilih menjadi pengkhianat.

Jujur artinya menjaga ucapan, jangan ubah dengan rekayasa.

Ucapan itu ada dua macam :
Ucapan hati nurani.
Ucapan dibibir.
Apa yang telah terucap, lahir dari hati nurani pada hakekatnya hati itu sudah berbicara. Hati yang lurus, murni dan bersih jangan dinodai, dikotori, dan di ubah. Ini yang tanpa disadari, sudah merubah arah Bahtera Nusantara. Kiblat Indonesia terbalik seratus delapan puluh derajad, dan berubah total.

Bangsa ini butuh Orang Indonesia yang berani, setia dan jujur untuk mengembalikan Citra Indonesia di masa depan, mengembalikan Rumah Indonesia sebagai tempat tinggal yang aman, nyaman dan sejahtera.

Paham Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila pada hakekatnya adalah roh jiwanya bangsa Indonesia. Yaitu jiwanya bangsa yang berjuang mati-matian, progresif revolusioner, tak kenal takut dan tak takut mati. Banyak orang mengaku sebagai pejuang dijaman ini. Tetapi orang yang berjiwa pejuang itu seribu satu. Seorang pejuang sejati dalam roh jiwanya adalah sosial. Jiwa sosial ini tidak bisa dibeli atau ditukar uang maupun duit.
Tidak bisa disulap maupun disihir, dipoles dengan dadanan yang menggiurkan. Melainkan sebagai panggilan jiwa. Oleh sebab rohnya berpaut dengan roh perjuangan bangsa.

Dus, dengan demikian orang yang memahami Pancasila harus berjiwa pejuang yaitu berjiwa sosial kebangsaan. Pola pikirnya adalah pola pikir sosial, cara pandangnya cara pandang sosial dan tindakannya adalah tindakan sosial.

Roh kejiwaan Pancasila dimanifestasitasikan dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 yang disebut Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila itu adalah Sistem Demokrasi Sosial yaitu demi mengangkat orang yang kesusahan/kekurangan sampai merasa aman, nyaman dan sejahtera seperti yang diidam-idamkan. Ini adalah kerangka dasar demokrasi Pancasila. Untuk memahami serta menerapkan Undang-Undang Dasar 1945, tentunya menggunakan kacamata sosial, serta cara pandang sosial.
Saya harus dibalik menjadi kita, kekuasaan dirubah menjadi pengabdian dan pelayanan. Penguasa diganti abdi rakyat, gontok-gontokan dirubah total menjadi gotong royong.

3.1.   Sehat Jasmani dan Rohani.
Ada pepatah mengatakan men sana in corpore sano artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kesehatan itu mahal, sebagai berkah anugerah Sang Maha Pencipta yang wajib kita syukuri, bangsa ini diakui atau tidak sedang terjangkit sakit penyakit lahir maupun batin. Seorang figur Pemimpin Pamomong haruslah seorang tabib kebangsaan dimana bisa atau mampu mengobati sakit penyakitnya bangsa.
Apa penyakit bangsa itu?
Tri AAS (Aku, Angkuh, sombong) yang disebut egois.
Ini sebagai bibit kawit penyakit bobroknya moralitas bangsa.
Kusta (Rakus, Serakah, Tamak).
Dusta.
Lupa.
Tak punya malu.
Kelima dasar pokok penyakitnya bangsa ini sudah mendarah daging selama berabad tahun lamanya turun temurun sampai tidak terasa, ini adalah penyakit yang sangat berbahaya, yang menggerogoti mental-mental dan moral bangsa yang berdampak pada carut-marutnya persoalan bangsa yang datang silih berganti tak ada ujung pangkalnya seperti dewasa ini.

Seorang Tabib bangsa sebelum menyembuhkan orang lain tentunya harus sehat jasmani maupun rohaninya terlebih batinnya, artinya seorang pemimpin itu harus memiliki pikiran yang luhur, pikiran yang jernih, bersih dan suci. Hati yang luhur yaitu di dalam hatinya bersemayam roh dan kebenaran, kemudian memiliki kehendak yang luhur yaitu kehendak yang positif, yaitu kehendak sosial, dimana hidupnya ini bukan hanya untuk kepentingan kesenangan pribadi maupun kepuasan pribadi melainkan bagaimana hidupnya bermanfaat dan berguna untuk menolong sesama. Ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkenaan dengan sehatnya lahir maupun batin.

Kerangka Dasar Konsepsi Indonesia berwawasan Sosial Kebangsaan.
Konsep Dasar Indonesia itu sederhana. Indonesia itu : Idiologi Nasional Demokrasi Negara Kesatuan atas dasar iman serta cita-cita luhur, idiologi kita adalah Idiologi Nasional (Idiologi Kebangsaan), bukan idiologi keakuan, kesukuan, keagamaan, kepartaian maupun kedaerahan dan sebagainya.

Pola berpikirnya bangsa Indonesia adalah Pola Berpikir Sosial Kebangsaan, bukan pola pikir individual, kelompok maupun golongan. Kebhinnekaan Indonesia itu pada hakekatnya adalah Modal Dasar Pembangunan Nasional untuk memperkaya khasanah bagi kemajuan negara.
Banyaknya masukkan pola berpikir di setiap komponen bangsa mestinya menambah wawasan bagi solusi penyelesaian persoalan bangsa, bukan memperlebar atau memperdalam jurang perbedaan maupun jurang perselisihan yang bermuara kepada perpecahan bangsa, oleh sebab itu kita harus kembali pada pola berpikirnya bangsa. sehingga persoalan bangsa hendaknya diselesaikan menurut parameter kebenaran bangsa. Pancasila merupakan pisau analisa membedah persoalan bangsa, konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai turutannya.
Perlu dicamkan, bahwasannya Pancasila itu adalah jiwanya bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 itu adalah raganya yaitu penjabaran dan penerapan Pancasila.

Dus, jelaslah sudah bahwa Idiologi Nasional Indonesia adalah Pancasila yaitu Pola Pikir Sosial Kebangsaan. Yang mestinya kita junjung tinggi dan kita pahami demi cerahnya Wajah Indonesia yaitu Indonesia yang berseri-seri, selalu tersenyum dan ramah.

Pola pikir bangsa ini diterapkan dalam suatu sistem yaitu Demokrasi Negara Kesatuan dan perlu dipahami bahwa Demokrasi Indonesia adalah Demokrasi Negara Kesatuan, bukan demokrasi negara keakuan, kepartaian, agama, suku, kelompok maupun golongan tertentu. `
Apa itu Demokrasi Negara Kesatuan?
Indonesia adalah Negara Kesatuan, lebih jelas lagi adalah Negara Kesatuan Sosial. Jiwa-jiwa sosial kebangsaan yang saling bertaut sambung menyambung menjadi satu di dalam kerukunan dan tali persatuan merupakan kesatuan sosial, dimana ada satunya kehendak, hati dan pikiran untuk mewujudkan Demokrasi Sosial atau Sosio-Demokrasi.

Demokrasi artinya demi mengangkat orang kesusahan/kekurangan sampai merasa aman, nyaman dan sejahtera seperti yang diidam-idamkan. Demokrasi Sosial dapat diujudnyatakan karena didasari iman dan cita-cita luhur, imannya bangsa yang disebut Iman Kebangsaan merupakan satu kesatuan iman setiap Orang Indonesia. Bangsa ini percaya adanya Tuhan sebagai Pencipta Alam Semesta.

Bumi Indonesia merupakan anugerah kemurahan Sang Pencipta bagi bangsa Indonesia, untuk dikelola bersama dengan cara Indonesia dan diperuntukkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Ini yang selanjutnya dinamakan Iman Sosialnya Bangsa.
Iman itu : Indahnya masa depan artinya kita harus belajar berpikir positif menggambarkan jauh di depan sana masa depan yang indah penuh harapan. Apa yang diidam-idamkan bangsa yaitu aman, nyaman, sejahtera sudah terujud nyata. Inilah Iman Sosial yaitu iman yang dilandasi oleh rasa peduli bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama, bukan iman pribadi maupun iman kelompoknya sendiri.

Iman Sosial inilah yang memotivasi/mendorong jiwa pengabdian dan pelayanan atas dasar kasih. Cita-cita luhur bangsa adalah kehendak yang baik (positif) yang disebut kehendak luhurnya bangsa artinya kehendak bersama untuk mengujudkan satu tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai dan sejahtera. Satu untuk semua dan semua untuk satu.
Itulah Indonesia.

Calon Pemimpin Pamomong harus Paham Konsep Dasar Indonesia yang selanjutnya disebut Phylosofie Indonesia. Konsepsi Indonesia dapat diujudkan jika sudah berjiwakan Pancasila serta memahami dan menguasai Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.

Saudara-saudaraku sebangsa setanah air Indonesia.
Tiba saatnya digelar Sayembara Nusantara, beri kesempatan setiap Orang Indonesia untuk bertanding di arena terbuka yaitu pemilu yang benar-benar jujur, adil, langsung, umum, bebas tetapi tidak rahasia.
Wong cilik, wong bodho, wong desa, wong sugih, wong pinter, wong kutho, punya kesempatan yang sama tanpa diskriminasi apapun, unjuk kemampuan menyampaikan Konsepsi Indonesia.
Biarkan rakyat yang menilai, memilih dan menaruh kepercayaan.

Dus, pemilu di sini artinya percaya memilih wakil utama. Ini merupakan salah satu mekanisme untuk menyelamatkan bangsa dari Keroposnya Indonesia. Untuk mengembalikan Citra Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Kami........Orang Indonesia, selama ini menjadi Penonton Sandiwara Nusantara.
Mulai saat ini Kami adalah : Para pemain yang turut memainkan lakon “Prau gabus kelem, watu item kumambang”.

Selamat pagi Indonesia, fajar telah menyingsing menyambut datangnya pelangi di ufuk Timur menuju Indonesia Raya.
Damai di hati
Damai di bumi

Stop permusuhan, pertikaian dan pembunuhan.
Stop perang maupun pamer senjata, sebab senjata itu bukan sahabat kita.
Jadilah pelopor-pelopor kerukunan dan persatuan umat manusia.

Jiwaku telah menyatu dalam roh perjuangan bangsaku, dan ragaku akan menjadi benteng tegaknya kejayaan negeriku.



Manggala Puteh


Tidak ada komentar: